SISTEM AMONG
SISTEM AMONG
I. Pengertian
Kata “Among” artinya adalah mengasuh, memelihara, atau menjaga. Orang yang melakukan Sistem Among ini dinamakan Pamong. Sistem Among merupakan sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa dengan sebisa mungkin menghindari unsur-unsur perintah keharusan dan paksaan. Sistem Among dipilih untuk menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas, dan aktivitas sesuai dengan aspirasi peserta didik.
Sistem Among dalam Pendidikan Kepramukaan merupakan hasil pemikiran dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara adalah Menteri Pendidikan pada Kabinet RI pertama. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 28 April 1959. Hasil pemikiran Ki Hajar Dewantara ini tidak hanya dijadikan sebagai prinsip pembinaan dalam Gerakan Pramuka saja, akan tetapi juga dipakai sebagai pertimbangan dalam merumuskan sistem pendidikan nasional secara lebih luas.
Sistem Among dalam Gerakan Pramuka, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan pribadinya, bakatnya, kemampuannya, cita-citanya. Pembina Pramuka sebagai Pamong hanyalah menjaga, membenarkan, meluruskan, mendorong, memberi motivasi tempat berkonsultasi dan bertanya. Peserta didik harus diperlakukan dan dihargai sebagai subjek pendidikan, bukan hanya sebagai objek pendidikan belaka yang hanya bergiat kalau disuruh pembinanya tetapi mereka diberi kebebasan untuk bergerak dan bertindak dengan leluasa agar tumbuh rasa percaya diri, agar berkembang kreativitasnya sesuai dengan aspirasi mereka.
Kegiatan kepramukaan dengan menggunakan sistem among dilaksanakan dalam bentuk kegiatan nyata dengan contoh - contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para peserta didik Pembina Pramuka harus mampu menjadi contoh/teladan peserta didiknya. Sistem Among harus digunakan secara terpadu, tidak terpisah-pisah satu dengan lainnya saling berkaitan oleh karena itu bagi semua golongan peserta didik ( S, G, T, D ) diberikan keteladanan, daya kreasi dan dorongan.
II. Prinsip Sistem Among
Sistem Among berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan merdeka jasmani, rohani, dan pikirannya, disertai rasa tanggungjawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.
Sistem Among mewajibkan Pembina Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut :
- "Ing ngarso sung tulodo", maksudnya di depan menjadi teladan.
- "Ing madya mangun korso", maksudnya di tengah-tengah mereka Pembina membangun kemauan.
- "Tut wuri handayani", maksudnya dari belakang Pembina memberi daya/kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik kearah kemandirian.
Dalam melaksanakan tugasnya Pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku:
- Cinta kasih kejujuran, keadilan, kepantasan, keprasahajaan / kesederhanaan, kesanggupan berkorban, dan kesetiakawanan sosial.
- Disiplin disertai inisiatif.
- Bertanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan yang Maha Esa.
- " Learning by doing", belajar sambil bekerja.
- " Learning by teaching", bekerja sambil mengajar.
- "Learning to live together" belajar untuk bisa hidup bersama.
- "Learning to earn", belajar mencari penghasilan.
- "Earning to live", penghasilan untuk hidup.
- " Living to serve", kehidupan untuk bekal mengabdi.
- "Learning to be", belajar untuk menjadi dirinya sendiri.
III. Penerapan Sistem Among Dalam Kepramukaan
Pembina Pramuka juga harus tampil sebagai seseorang yang diteladani oleh peserta didiknya. Di dalam semua golongan, Pembina Pramuka berperan sebagai pemberi contoh dan teladan tentang perilaku dan pengamalan nilai-nilai Sarta dan Dharma Pramuka. Sistem Among digunakan secara terpadu, tidak terpisah-pisah dan saling berkaitan untuk semua golongan Gerakan Pramuka.
Berikut ini cara penerapan Sistem Among pada golongan Gerakan Pramuka.
1. Sistem Among Pada Pramuka Siaga
Sifat dasar Pramuka Siaga adalah senang meniru, suka dipuji, suka bernyanyi, manja, dan masih senang bermain. Pada Pramuka Siaga, Pembina lebih berperan banyak dalam memberikan prakarsa untuk memunculkan daya kreasi peserta didik.
Pembina juga memberikan dorongan dengan peserta didik dengan cara menyesuaikan sifat, daya nalar, dan suasana Siaga. Sifat momong dengan di depan memberikan contoh (ing ngarso sung tulodho) porsinya harus lebih besar dibandingkan golongan Pramuka lainnya.
2. Sistem Among Pada Pramuka Penggalang
Pada Pramuka Penggalang, sifat-sifat Pramuka Siaga masih ada sebagian yang terbawa. Pramuka Penggalang senang bergerak dan mengembara, sudah mulai menyukai lawan jenis, senang mencoba-coba, dan menyenangi hal-hal yang bersifat kepahlawanan.
Pembina Pramuka pada golongan Penggalang berperan dalam mendorong dan membangkitkan semangat, motivasi, dan membangun kemauan yang lebih besar dari peserta didik sesuai prinsip kepemimpinan "ing madya mangun karso".
3. Sistem Among Pada Pramuka Penegak
Pramuka Penegak sudah mulai memasuki masa sosial dan berusaha mencari identitas atau jati diri. Mereka juga tingkat kestabilan emosinya belum mantap, mudan terprovokasi dan mudah berubah. Pramuka penegak juga menyukai kenyataan dan menjunjung tinggi realitas, memiliki kemauan yang kuat serta sulit dicegah, agresif, dan senang menyelesaikan persoalan dengan cepat yang kadang-kadang menggunakan kekuatan fisik mereka.
Pada golongan Penegak, Pembina mengambil peran sebagai Pamong dengan sikap memberikan keleluasaan dalam mengamalkan Satya dan Dharma untuk beraktivitas dan berkreasi (tut wuri handayani).
4. Sistem Among Pada Pramuka Pandega
Sebagian besar sifat Penegak ada pada Pramuka Pandega. Pandega lebih berkonsentrasi pada kelompok dyadic (duaan) atau triadic (tigaan). Jarang sekali mereka melakukan kegiatan bersama-sama lebih dari 5 orang dalam satu kelompok. Pramuka Pandega juga lebih terbuka terhadap anggota lainnya.


Komentar
Posting Komentar